Memahami Istilah ARA dan ARB dalam Investasi Saham

by Sabda Awal
Memahami Istilah ARA dan ARB dalam Investasi Saham

Ketika Anda memutuskan untuk terjun ke dunia saham, Anda harus memahami istilah ARA dan ARB yang sering digunakan dalam saham. Walaupun kebanyakan orang asing dengan kata tersebut, ARA dan ARB sendiri merupakan komponen yang penting dalam saham.

Bagi mereka yang sudah malang melintang di dunia saham, ungkapan ARA atau ARB sering diselipkan saat berbicara tentang harga saham.

Seperti contohnya, saham sedang menuju ARA atau saham sedang berada di posisi ARB. Lalu sebenarnya, apa itu ARA dan ARB dalam investasi saham?

Pada umumnya, ARA dan ARB adalah istilah untuk mengungkapkan harga saham yang naik atau harga saham yang turun. Keduanya merupakan sebutan untuk kondisi saham yang sedang menyentuh angka paling tinggi atau paling rendah dalam penjualannya.

Untuk memahami lebih lanjut tentang ARA dan ARB, Anda bisa membaca penjelasannya di bawah ini.

Memahami Istilah ARA dan ARB Secara Umum

Istilah Auto Reject Atas dan Auto Reject Bawah dalam saham atau biasa disingkat dengan ARA dan ARB. Yang dimaksud dengan atas dan bawah disini berhubungan dengan harga saham yang berlaku. Mudahnya, sebuah saham memiliki batas harga naik dan batas harga turun.

Sebagai pemisalan, saham A ditutup di harga Rp 1.500 pada 20 Februari 2020. Keesokan harinya, saham dapat meningkat lebih signifikan karena permintaan atau demand yang masuk lewat bursa saham.

Jika saham A memilik acuan harga mulai dari Rp 200 – Rp 5.000, maka sesuai ketentuan BEI, ARA saham A sebesar 25%.

Artinya, ketika kenaikannya sudah mencapai harga 25%, penawaran saham A ditutup dan semua yang melakukan penawaran ditolak.

JATS atau sistem milik BEI yang mengatur penawaran saham akan menutup penawaran dan permintaan yang masuk setelah ARA ditetapkan.

Begitu juga dengan ARB. Ketika misalnya, saham A mengalami penurunan yang signifikan, maka batas bawahnya hanya sampai 7%. Tidak kurang dan tidak lebih.

Terlebih jika saham A mengalami stagnasi di level Rp 50, maka batas bawahnya hanya akan sampai di Rp 50, tidak ada penambahan lagi.

Diberlakukannya ARA dan ARB merupakan sebuah bentuk campur tangan pemerintah dalam menentukan harga saham yang berlaku di pasaran.

Harga saham yang terlalu tinggi akan membuat sebuah perusahaan kewalahan dalam menerima tawaran. Sebaliknya, harga saham yang terlalu rendah dapat membuat perusahaan kesulitan untuk bangkit kembali.

Demi menghindari kenaikan yang terlalu tinggi dan terlalu rendah, maka ARA dan ARB ditentukan oleh BEI. Selain itu, stabilitas harga juga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk para perusahaan.

Sehingga perusahaan bisa selalu mendapatkan penawaran karena posisi yang masih stabil.

Rumus ARA dan ARB

  1. Untuk ARA, rentang harga Rp 20 – Rp 200 sebesar 35%. Rentang harga lebih dari Rp 200 – Rp 5.000 sebesar 25%. Adapun, rentang harga lebih dari Rp 5.000 memilik ARA sebesar 20%.
  2. Untuk ARB, rentang harga Rp 50 – Rp 200 sebesar 7% atau Rp 50. Rentang harga lebih dari Rp 200 – Rp 5.000 sebesar kurang dari 7%. Adapun, rentang harga lebih dari Rp 5.000 memiliki ARB sebesar kurang dari 7% juga.

Dampak ARA dan ARB dalam Saham

  • Menunjukkan Tren yang Sedang Berjalan

Ketika melihat ARA dan ARB, Anda sudah bisa memastikan tren yang sedang berjalan di masyarakat. Biasanya, ketika perusahaan yang baru saja IPO mengalami ARA, maka prediksi saham tersebut positif.

Namun jika sebuah saham menunjukkan ARB, maka keadaan penjualan saham tersebut bisa jadi sedang bermasalah.

  • Menunjukkan Banyaknya Pemain Baru dalam Investasi Saham

Indonesia masih memiliki banyak perusahaan yang belum IPO. Alasannya mulai dari syarat yang begitu rinci hingga cash flow perusahaan yang belum stabil. Ketika banyak saham menyentuh ARA atau ARB, maka dapat dikatakan terdapat saham yang baru dibuka dan menggantikan kedudukan saham-saham lain

Tips dalam Menghadapi ARA dan ARB

  • Perhatikan kemungkinan saham termasuk ke ARA atau ARB. Jika memang perusahaan sedang melakukan aksi korporasi besar-besaran seperti akuisisi atau merger, maka kemungkinan besar saham perusahaan akan menyentuh ARA. Begitupun sebaliknya dengan ARB.
  • Hindari ikut-ikutan beli saham.  Sekali pun jangan pernah membeli saham karena saran siapapun. Pelajari sendiri saham yang Anda ingin beli. Tidak ada orang lain selain Anda yang memahami keinginan Anda

Saham memang penuh dengan kejutan. Bagi sebagian orang, masuk ke dalam dunia saham merupakan sebuah tantangan. Ada juga yang menganggap jika saham adalah sumber keuntungan yang penuh kepastian.

Seluruh alasan yang dilontarkan sah-sah saja selama Anda mengetahui apa yang dimaksud. Jangan sampai, ketika sudah terlanjur terjun ke dunia saham, Anda malah enggan untuk mempelajari sesuatu. Termasuk, untuk memahami istilah ARA dan ARB.

Related Posts

Leave a Comment

2 comments

Riza Firli March 10, 2021 - 12:15 pm

Makin cuan yaa main saham terus !

Reply
Hastira March 11, 2021 - 2:34 am

makasih infonya

Reply