Problem 1,- budgeting
Awalnya saya bingung cara budgeting itu bagaimana. Hasil baca buku dan searching internet, secara garis besar saya menemukan 3 cara, yaitu 10/20/30/40, 10/20/70 dan 20/30/50.
Meskipun pada akhirnya saya tahu bahwa tidak semua orang mampu menerapkannya karena setiap orang memiliki penghasilan dan kebutuhan yang berbeda. Hal ini mendasari mengapa 3 cara budgeting diatas bersifat kondisional.
Sementara itu, yang paling ideal adalah kita sendiri yang menentukan nilai budgeting tersebut. Karena bagaimanapun kita yang paham dengan kondisi pribadi. Iya tho…
Tenang saja, saya akan ajarkan cara budgeting 😎.
Problem 2,- Catat Pengeluaran
Jujur sih saya sendiri malas yang namanya mencatat pengeluaran. Mulai dari nilai yang paling besar hingga terkecil yang tak dianggap,- misal bayar parkir Rp 2.000. Hahaha.
Apakah anda malas juga?
Sama seperti budgeting diatas, mencatat pengeluaran pun saya sempat bingung dan jengah. Bayangkan saya mencatat secara detail setiap pengeluaran per harinya. Kalau saya lakukan ini seumur hidup, wahhh… auuu ahhh… buang waktu saja.
Saya sempat melakukan hal itu,- mencatat pengeluaran setiap hari. Apapun yang saya belanjakan pasti akan saya catat. Awalnya pakai aplikasi finansial gratis di android, kemudian beralih ke excel.
Ini adalah hasil pencatatan pengeluaran bulan Agustus di excel. Saya sempat melakukan pencatatan mulai Mei hingga pertengahan September.
Akhirnya saya hentikan, selain malas, ternyata tidak efektif permisahh.
Problem 1 dan 2,- status Solved
Akhirnya permasalahan diatas terselesaikan dengan baik. Sejak bulan lalu, saya tidak ambil pusing soal budgeting dan mencatat pengeluaran lagi, bahkan saya tidak mencatat pengeluaran sama sekali lho.
Tapi, saya langsung tahu jika ada “kebocoran” anggaran. Kemana uang tersebut “pergi”.
Saya akan beritahu rahasianya.
Mengapa harus budgeting dan mencatat pengeluaran?
Saya punya pertanyaan,
Apa ujung cerita dari literasi keuangan?
Dengan pandai mengatur finansial, kita jadi paham budgeting dan mencatat pengeluaran tentunya, evaluasi, mahir berinvestasi, memilih asuransi yang tepat, mencapai tujuan jangka pendek dan panjang, terhindar dari kesalahan finansial serta alasan lainnya.
Intinya, semua orang wajib belajar manajemen keuangan dan harus sadar bahwa ilmu finansial itu penting.
Jika saya ditanya mengapa saya belajar finansial, jawabannya adalah ingin pensiun dini dan memutuskan sandwich generation (berhenti di saya saja).
Balik lagi deh, mengapa budgeting dan mencatat pengeluaran itu penting…
… yaitu agar tahu kemana kas keuangan mengalir dan melakukan evaluasi.
Lebih dari itu, menurut saya budgeting dan mencatat pengeluaran adalah pondasi awal literasi keuangan sebelum melangkah ke tahap berikutnya.
Tanpa budgeting, dipastikan akan kesulitan berinvestasi, mencapai target finansial. Semua gaji hanya singgah sementara saja di rekening anda.
Kenapa Budegting dan Mencatat Pengeluaran tidak dilakukan? Apakah Sulit?
Bisa jadi… bisa jadi…
Bisa jadi sulit bagi sebagian orang, karena tidak tahu cara melakukannya.
Tapi, kalau menurut saya tidak sulit… kebanyakan orang lebih ke faktor malas.
Hayoo jujur…
“Buat apa budgeting dan catat pengeluaran? Toh kebutuhan tercukupi kok. Bulan depan gajian lagi. Saya sudah mapan. Buang-buang waktu saja. ”
Padahal dia sering merenung di akhir bulan, lha gaji saya kemana saja ya? Kok perasaan sudah habis saja.
So, karena pada kesulitan dan malas maka saya pun membagikan cara yang saya lakukan. Tanpa melakukan pencatatan saya bisa tahu kearah mana uang “bocor”. Hebat kan.
Semuanya Diawali dengan Budgeting
Kita setuju jika setiap orang memiliki penghasilan dan kebutuhan yang berbeda. Maka dipastikan jenis dan besar anggaran pun berbeda pula. Budgeting yang dilakukan orang berpenghasilan 5 juta dengan 10 juta jelas berbeda. Bahkan yang memiliki gaji samapun tetap berbeda. Karena itu tadi… kebutuhan setiap orang berbeda-berbeda.
Meskipun tak sama, namun tetap ada akun/kas yang wajib dimiliki, seperti :
- Biaya hidup/cost living
- Dana darurat
- Tabungan
- Asuransi
- Investasi
- Travelling
- Lainnya seperti, investasi diri, buku, sosial (sedekah, zakat, dan sejenisnya)
Apakah anda sudah tahu perbedaan antara dana darurat, investasi, dan tabungan? Mengapa asuransi menjadi akun yang wajib dimiliki? Mengapa jatah bersenang-senang/makan enak/hedon tidak ada di list diatas?
Pertama, daftar kas diatas berdasarkan hasil baca di internet dan buku.
Kedua, saya menerapkan daftar diatas
Ketiga, bolehkah memiliki kas yang berbeda? Tentu saja, tergantung jenis kebutuhan anda
Biaya hidup
Adalah pengeluaran yang ditujukan untuk hidup *eh lho… Seperti segala jenis tagihan (listrik, air, pulsa, internet, tv kabel), sewa, makanan/kebutuhan pokok, transportasi, belanja bulanan.
Dana darurat
Dana yang disiapkan suatu ketika anda tidak memperoleh penghasilan, misal di PHK. Dana darurat adalah pos yang amat penting.
Simpan dimana? Di tempat yang mudah diambil, misal pada rekening bank. Jangan pernah menginvestasikan dana darurat.
Berapa besar dana darurat? Minimal 3 x biaya hidup bulanan. Setelah tercapai bisa dinaikkan menjadi 6 kalinya, yang lebih advance 12 kalinya. Karena tidak ada yang bisa menjamin, berapa lama kita tidak memperoleh penghasilan.
Baca lebih jauh : cara saya mengelola dana darurat, kumpul, jumlah, cara simpan dan peruntukan.
Tabungan
Tabungan disiapkan sebagai dana pendukung untuk mencapai target finansial jangka pendek.
Kira-kira begini… contoh…
Dana travelling sudah disisihkan. Saat mulai bertamasya, ternyata dananya kurang. Nah, kita dapat menggunakan tabungan untuk menutupi kekurangan dana travelling tersebut.
Sudah menyisihkan dana untuk keperluan anak sekolah, tapi karena 1 dan lain hal ternyata masih kurang. Anda dapat memanfaatkan dana tabungan untuk menutup kekurangan tersebut.
Berapa besarnya dana tabungan? Setiap orang berbeda. Anda dapat membuatnya sendiri tergantung ekspektasi anda. Misal, anda membuat 10 juta. Saat dana tabungan sudah mencapai 10 juta, anda tidak perlu lagi mengisi tabungan. Namun, jika jumlahnya kurang dari 10 juta, anda kembali mengisinya hingga nilai mencapai angka 10 juta lagi.
Asuransi
Asuransi itu ibarat satpam komplek perumahan. Kita menggaji satpam untuk menjaga keamanan, meskipun belum pasti ada pencurian atau perampokan. Tapi, masak iya harus nunggu hal jelek itu terjadi baru mempekerjakan satpam?
Begitu juga dengan asuransi, sebelum jatuh sakit yang menguras keuangan keluarga ada baiknya membeli asuransi saja. Saat jatuh sakit, finansial akan tetap aman tentram damai, karena semua biaya perawatan dan pengobatan akan ditanggung perusahaan asuransi.
Asuransi pun jenisnya beragam, ada term life, whole life dan unitlink. Evaluasi kebutuhan anda dengan baik.
Investasi
Dana investasi disiapkan untuk tujuan yang amat beragam. Ada yang untuk persiapan biaya menikah, biaya pendidikan anak, ngumpulin DP rumah, persiapan pensiun, memperoleh passive income dan lain-lain.
Kalau saya saat ini tujuan investasi hanya direncanakan untuk persiapan pensiun dini saja. Belum mikiri dana menikah, ngumpulin DP rumah, boro-boro menyiapkan pendidikan anak, nikah saja belum. Hihi.
Jenis investasi pun cukup banyak, bisa properti, emas, saham, reksadana, sukuk ritel dan lain-lain.
Travelling
Nah, kalau yang ini jelas peruntukannya untuk travelling. Pastikan anda membuat pos travelling untuk merefresh penatnya pikiran dari pekerjaan.
Lain-lain
Termasuk didalamnya biaya untuk investasi diri seperti ikut kursus atau seminar, buku dan sosial (sedekah, berbagi, sumbangan, zakat).
Jika anda ingin menambahkan akun lainnya dipersilahkan. Mungkin anda ingin membuat akun tersendiri untuk KPR rumah, pendidikan anak, cicilan kendaraan dan lain-lain.
Menentukan Besarnya Budget
Setelah anda membuat pos-pos, maka selanjutnya adalah menentukan besarnya.
Ada 4 pilihan yang saya tawarkan :
- 10-20-30-40
- 20-30-50
- 10-20-70
- Buat sendiri
Pilihan nomor 1, 2 dan 3 paling mudah diterapkan. Tinggal diaplikasikan ke penghasilan anda. Namun, jika tidak cocok maka anda harus membuatnya sendiri.
1. Budgeting 10-20-30-40
- Pembagiannya dengan cara 10% untuk kebaikan, seperti berbakti kepada orangtua, zakat, sedekah, sumbangan atau keperluan sosial lainnya
- 20% untuk masa depan dengan rincian dana darurat, mempersiapkan DP rumah, asuransi serta pensiun
- 30% untuk cicilan / utang produktif seperti membayar sewa tempat tinggal dan KPR. Eh, namun bukan berarti tidak boleh utang konsumtif seperti tagihan kartu kredit. Boleh kok, asal bisa dikontrol
- 40% untuk memenuhi kebutuhan / cost living seperti tagihan, hobby, belanja bulanan dan rekreasi
2. Budgeting 20/30/50
- 20% untuk tabungan/investasi
- 30% untuk keinginan seperi belanja, bersenang-senang, melakukan hobi, makan mewah dan lainnya
- 50% untuk kebutuhan seperti rumah, asuransi, belanja bulanan, makanan dan transportasi
3. Budgeting 10/20/70
- 10% untuk utang/cicilan seperti cicilan kartu kredit, rumah, atau kendaraan
- 20% untuk pensiun, dana darurat dan tujuan jangka pendek seperti keinginan dan travelling
- 70% untuk biaya hidup seperti transportasi, segala jenis tagihan, rumah, makanan, belanja bulanan dan cost living lainnya
4. Buat Sendiri
Saya membuat perhitungan anggaran sendiri. Tidak menggunakan pilihan yang ada karena terus terang tidak cocok dengan saya.
Tidak perlu bingung membuat jatah setiap pos. Anggaran yang nilainya fix bisa langsung diabaikan seperti asuransi dan ngirimi orang tua.
Yang jadi perhatian utama adalah pos anggaran Biaya Hidup. Anda memang harus melakukan perhitungan dengan cermat, kira-kira berapa uang yang anda keluarkan setiap bulan untuk cost living.
Sedetail mungkin. Jika sudah berhasil, saya sarankan untuk menambahkan 10% dari Biaya hidup.
Misal, Biaya Hidup 5 juta, tambahkan 10%-nya yaitu Rp 500.000. Jadi, total Biaya hidup Rp 5.500.000.
Agar apa? Agar tidak terlalu ngepas.
Coba deh setelah baca artikel ini, segera ambil pulpen dan kertas. Mulai melakukan perhitungan pos Cost Living. Dalam sebulan berapa besar tagihan pulsa, transportasi/bensin, sewa kos, makanan, belanja bulanan dan seterusnya…
Selanjutnya tinggal membuat besaran anggaran lainnya pada pos dana darurat, tabungan, investasi, travelling, dan lainnya (buku, investasi diri, sosial : zakat/sumbangan).
Contoh Budgeting : Saya
Saya sudah melakukan perhitungan arus kas saya. Saya masih single, jadi tidak mendapatkan kesulitan apapun dalam melakukan budgeting.
Baca juga : Cara saya mengelola keuangan sebagai ASN
Adapun budgeting saya seperti ini :
- Biaya hidup : 43,9%
- Dana darurat : 6%
- Tabungan : 6%
- Investasi : 36%
- Gadget : 1,2%
- Lain-lain (sedekah, buku, travelling): 6,9%
Dengan catatan sebagai berikut..
Asuransi dan mengirim ke orangtua saya satukan dengan biaya hidup karena rutin saya keluarkan setiap bulan. Selain itu, nilainya sudah fix (tetap).
Saya mengisi kas darurat dicicil tiap bulan yang sekarang nilainya sudah mencapai 2 kali pengeluaran bulanan. Target saya hingga 6 kali.
Target tabungan hingga 10 juta.
Alokasi gadget saya siapkan sejak dini karena saya sadar akan membeli gadget secara priodik dalam beberapa tahun. Yahh, tahu sendirilah gadget tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Kinerjanya akan terus menurun yang memaksa kita untuk membelinya secara berulang.
Sedekah, buku dan travelling saya jadikan satu. Saya tidak ambil pusing soal ini karena 6,9% itu anggarannya cukup besar dan bisa mencover 3 kebutuhan tersebut.
Mencatat Pengeluaran? Lupakan!
Saya tegaskan bahwa besarnya pos-pos tersebut sudah fix (tetap). Tiap awal bulan saya disiplin memindahkan uang yang sudah dialokasikan sesuai pos pada rekening bank yang berbeda.
Saya punya 5 rekening bank. So, seluruh rekening itu ada isinya sesuai dengan peruntukannya.
Yang jadi atensi saya hanya tinggal pos Biaya Hidup saja. Saya tidak perlu memikirkan anggaran lain karena sudah aman di rekening bank yang berbeda.
Saya sudah melakukan perhitungan uang yang dibutuhkan untuk biaya hidup selama sebulan. So, sudah pastilah cukup kan.
Namun, jika tiba-tiba budget akun biaya hidup tidak cukup, maka sangat mudah mendeteksinya. Tinggal mengingat kembali pengeluaran apa yang saya lakukan yang menguras pos tersebut.
Inilah mengapa saya tidak melakukan pencatatan pengeluaran lagi karena semua pos sudah memiliki besaran yang jelas dan fix.
Jika setiap bulan anggaran kurang/bocor ?
Untuk melakukan evaluasi pun cukup mudah. Anda hanya perlu perhatian dengan Biaya Hidup saja. Jika dalam beberapa bulan akun Biaya Hidup tidak mampu mengcover pengeluaran yang semestinya, pasti ada yang salah dengan besaran anggaran atau kebutuhan.
Anda dapat saja menaikkan anggaran Biaya Hidup melalui pengurangan pada pos lainnya atau mengevaluasi kebutuhan bulanan yang anda belanjakan.
Namun, jika budgeting masih bermasalah juga, maka anda dapat menerapkan earn more atau spend less untuk memenuhi besaran budgeting.
Kesimpulan Budgeting dan Mencatat Pengeluaran Bagi yang Kesulitan dan Pemalas
Tidak mencatat pengeluaran itu bukan masalah.
Yang menjadi masalah adalah saat anda tidak melakukan budgeting. Jadi, pastikan anda melakukannya.
Jika anda kesulitan melakukan budgeting, nih saya bagikan rumus yang sering dipakai rang-orang, ada 4 cara budgeting yang dapat diterapkan:
- 10-20-30-40
- 20-30-50
- 10-20-70
- Buat sendiri
Dengan melakukan budgeting, anda tidak perlu repot mencatat pengeluaran lagi (solusi banget bagi pemalas seperti saya). Pos yang besar anggarannya sudah tetap dapat diabaikan. Yang menjadi perhatian hanya akun Biaya Hidup saja.
Dengan begini lingkup perhatian anda akan menjadi kecil.
***
Demikian tulisan saya tentang budgeting dan mencatat pengeluaran bagi yang kesulitan dan pemalas. Semoga dapat dijadikan refrensi.
Apakah anda memiliki metode lainnya? Pengalaman pribadi yang dapat dibagi? Atau opini terkait tulisan ini?
Silahkan tuliskan di kolom komentar, karena sharing is caring 💕💕.
84 comments
Kalau soal bikin budget itu sih teorinya gampang, cmn praktekkinnya itu susah. Apalagi kalau harus sendiri. Makanya kalau saya lebih milih orang lain yang ngurusin duit saya, eits tapi tetap dengan pengawasan secara berkala. Kalau saya lagi yang ngurusin duit, pusing dah kepala.
haha, dulu saya pernah tuh catat mencatat pengeluaran dan pemasukan, yg terpenting pengeluaran, karena bisa mengatur pengeluaran sangat sulit. Tapi makin kesini makin males, hingga akhirnya stop deh… biarkan mengalir aja. ^_^
Wah Keren banget nih tulisannya sangat membantu, tapi saya mau Tanya nih, Kalo PNS Kan Ada tunjangan dll apa tunjangan itu dimasukkan Dalam post budgeting ya, kan kadang tunjangan itu Gak tentu datengnya, spt gaji pokok yg rutin setiap tgl 1, please dijawab ya kak, thankyouu
tetap diamsukkan sebagai penghasilan. Karena pada akhirnya akan diterima juga
Saya tuh salut to the max ama orang-orang yang sadar financial, khususnya lelaki.
Keren banget deh.
Saya termasuk wanita yang telat banget sadar finansial, meskipun kalau masalah nyatat udah saya lakukan sejak dulu, but seperti diet start tomorrow, begituuuu mulu sampai akhirnya saya nekat, saving dulu gak peduli angin badai melanda hahaha.
Kalau saya lebih suka nyusun anggaran sendiri, karena saya yang lebih tau prioritas sendiri.
Dan memang yang berat itu praktek, tapi seberat apapun harus dilakukan 🙂
hohoho.. yg penting di awal langsung di pos2in ya dananya. good idea!
Saya coba dulu perlahan-lahan biar terbiasa mengurus budget dan pengeluaran
Mas , eh# uda Sabda ini memang benar-benar jadi panutan handal soal kelola mengelola keuangan.
Salut deh pokoknya ..
Dengan pandai mengatur finansial, kita jadi paham budgeting dan mencatat pengeluaran tentunya, evaluasi, mahir berinvestasi, memilih asuransi yang tepat, mencapai tujuan jangka pendek dan panjang, terhindar dari kesalahan finansial serta alasan lainnya.itu yang saya lemah!
Selalu suka dengan tulisan Masnya yang bergaya feature, asli, bisa di jadikan panduan saya nih buat belajar tentang keuangan, terutama investasi
Aduh, selain malas saya ini nggak telaten mencatat semua pengeluaran. Apalagi kalo yang kecil2 gitu. Dan emang butuh ketelitian dan konsistensi sih, ga boleh kasih kendor bahkan untuk yang pengeluaran receh. Karena kalo udah males disitu biasanya merembet kemana-mana. Tapi aslinya pengin sih mencatat pengeluaran, apalagi kalo BOCOR. Rasanya pengin tahu kemana aja duit ini pergi…
Bener2 disajikan dg gamblang mas…. bisa dicontoh nih pemaparannya. Secara saya sudah membuat perencanaan tapi susah begitu sudah diterapkan. Akhirnya hutang tetap saja menjadi permasalahan yg tidak dapat saya pecahkan.
Paling males sih namanya mencatat meskipun sudah ada aplikasi canggih utk menulis keuangan tapi ya tetep aja malas. Stlah baca ini saya jadi paham betapa pentingnya mengelola penghasilan. Setelah ini mungkin saya akan lebih sering mencatat pengeluaran gak cuma dana apa saja yang diperlukan setiap bulannya
Metode saya dalam budgeting hampir miriplah dengan metode di atas, tapi saya punya unsur 2,5. Jadi metode saya sekarang itu 2,5-10-20-30-37,5.
2,5% untuk zakat.
10% untuk tabungan.
20% untuk investasi.
30% untuk bayar biaya lifestyle.
37,5% untuk bayar biaya hidup.
Yaa lumayan konsistenlah 🙂
Mencatat pengeluaran sebenarnya bukan hal yang sulit dilakukan. Membuatnya pun juga nggak perlu yang ribet dengan kolom istilah kata yang sulit. Hanya saja "malas" yang masih bergelora. Itulah jawabannya hehe
Aku masih bingung bagaimana mengikuti aturan ngebudget yang benar, sedang pengeluaran dan pendapatan bnr2 berbanding jauh. Wkwkkw..
Sampe akhirnya, yaudahlah keluar masuk uang mengikuti arus aja..
Aku pernah ngitung pengeluaran dari yang kecil sampai yang besar. Tapi malah dinyinyir, kalau terlalu hitung-hitungan. Nah, kalau kasusnya begini gimana, Bang?
pertama-tama si niat kalau mencatatat keuangan, tapi lama-lama jadi bosen
Selalu suka sama tulisan yg disajikan terutama yg ngebahas soal investasi. Ada youtube channelnya ngga uda sabda. Kalo ada saya mau subscribe dah.
Kalo saya pribadi semenjak menikah keuangan jadi amburadul, karena masih banyak cicilan ini itu di tahun2 awal pernikahan ini jadi belum bisa nerapin budgeting itu. Mungkin next years baru bisa diterapkan. Terimakasih tulisannya bermanfaat sekali.
tulisan ini memotivasiku untuk bisa mengelola keuangan dg baik, whehe thank youu mas
Saya termasuk yang pemalas… Apalagi penghasilan utama bukan bersifat gaji bulanan, tapi hasil dari jualan yang nggak tentu jumlahnya. Jadi ya, malas. Hahaha
wah akhirnya mas sabda bikin artikel tentang budgeting juga.
saya juga udah ada 2 artikel tentang ini.
permasalahan bikin budgeting dan lap keu pribadi cuma 1 mas yg terbesar.
KONSISTENSI. haha
ini masalah besar dalam segala hal sih 😀
thx for sharing mas. lama gak discuss nih..
Faktor malas…duhh, kok jadi berasa kesindir banget sihh hheu
Wkwkkw… Saya donk… Emang sih uda diposkan duitnya tp nggak dicatet biasanya, cm pake perkuperk aja.
manfaat banget mas.
sepertinya mudah diterapkan asal ga males.
Mungkin saya harus segera menerapkan supaya tidak ada kata. uanga selama ini kemana ya lenyapnya.
Wah thanks so much ulasan anggarannya nih. Secara teori iya sih ngangguk2 tapi seringnya bocor juga hahahha 🙂 Bukan karena shopping yg ga perlu ya, tapi kayaknya adaaa aja pengeluaran tak terduga yg bener2 ga diduga wkwkwkwk 😀
Suka banget dengan postingan ini. Bangak ilmu yang didapat. Thank you bang. Tulisan bagus nih
Bener juga yah bro, kadang kalau saya pribadi males nyatet2 pengeluaran gitu, tapi yah emang itu sangat berguna banget, terutama untuk mengetahui rekam jejak uang yang telah kita keluarkan tuh kemana aja hahah…
jadi kepikiran juga sih buat belajar ngatur keuangan atau mencatatnya kayak gini… !0% kebaikan 20% masa depan 30% cicilan 40% kebutuhan… sepertinya ini yang cocok buat saya
Wow, menarik artikelnya. Model-model budgetingnya keren mas, saya sendiri sayangnya belum bisa nyisihin buat investasi karena pemasukan yang terbatas, huhuhu.
BTW saya juga dulu pernah nyoba catet pengeluaran. Semua sampe yang receh2 saya catet di hape pake aplikasi. Cuma lewat 3 bulan pegel juga setiap malem ngerekap pengeluaran hariannya, belum lagi pas nyocokin sama pengeluaran istri. Tapi enaknya kita jadi tau persis pos2 pengeluaran tiap bulannya, dari situ baru saya pake buat patokan budgeting.
Ada cerita menarik pas saya nyatet pengeluaran, yang paling risih itu klo nyatet pengeluaran buat kebaikan (amal, sumbangan, ngasih ortu, dsb) jadi keliatan klo kita memang sering ngasih2. Cuma kadang klo lagi kurang dana terus ngeliat "wah, gede juga yah nominalnya" malah jadi gimana gtuh, ini nih yang jadi alasan lain kenapa saya berhenti nyatet pengeluaran.
Ini yang jarang orang pahami, seringnya malah malas untuk mencatat. Terasuk saya hahahhaha.
Padahal kalau dirinci kita bisa tahu kemana uang tersebut habis dibelanjakan, dan bisa menekan jika memang bukan kebutuhan primer.
Ih keren sekali. Suka banget dengan kata-kata literasi finansial. Mungkin kapan-kapan aku akan berguru nih biar makin smart dan cerdas kelola keuangan…
Artikelnya bagus banget dan emang lagi saya butuhin. Kemarin-kemarin saya selalu nyatet setiap pengeluaran yang saya lakukan di aplikasi hape. Dan lumayan membantu untuk ngevaluasi pengeluaran bulan depan. Tapi mencatat kayak gitu kadang bikin saya susah jera untuk boros. Hihi. Mungkin karena semua pemasukan saya kumpulin di 1 rekening. But nantinya saya pengen bikin beberapa rekening deh biar enak ngaturnya. Makasih buat artikelnya mas.
diurusin sama orang lain? sama siapa mas? Jadi kayak gunain jasa advsier gitu ya?
makanya artikel ini saya tulis mbak, biar ga catat pengeluaran lagi
terimakasih
terimakasih
syukur deh mbak. Saya juga ada 2,5%nya tapi dijadikan satu sama yang lain,hihi
makanya artikel ini saya tulis mbak, biar ga perlu catat pengeluaran lagi
jangan sampai terjebak dengan hutang ya mbak
makanya artikel ini saya tulis mbak, biar ga catat pengeluaran lagi
makanya artikel ini saya tulis mbak, biar ga catat pengeluaran lagi
kalau pengeluaran lebih besar dari pendapatan mbaknya harus nyari tambahan atau menghemat. Justru budgeting harus dilakukan agar ada solusi terhadap pengeluaran dan pemasukan.
makanya artikel ini saya tulis mbak, biar ga catat pengeluaran lagi alias hitung-hitungan
saya ga punya youtube channel mbak.
makanya artikel ini saya tulis mbak, biar ga catat pengeluaran lagi
budgeting cukup sekali aja dilakukan sih, kecuali kalau ada perubahan alokasi. Kalau pencatatan saya ga lakukan lagi
makanya artikel ini saya tulis bro, biar ga catat pengeluaran lagi. Yang paling penting budgeting
karena itu mbak saya nulis artikel ini biar ga perlu nyatat pengeluaran.
kalau untuk amal ga perlu dicatat mbak, cukup dikeluarkan aja hahah
untuk itu saya nulis ini mas, biar ga perlu nyatat pengeluaran lagi
selamat mencoba mbak
bulan ini pengeluaranku amburadul 🙁
Pernah mencatat keuangan pakai aplikasi sampai beberapa minggu. Habis itu nggak kuat. Sebenarnya bagus sih, jadi tahu kebocorannya dimana. Trus saya takut belanja, hahaha.. Tapi kemudian balik lagi ke kebiasaan saya. Selama pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari nggak masalah. Saya tahu batasannya. Ziswaf sudah dihitung. Sedangkan untuk lifestyle, traveling, investasi, dana darurat biasanya urusan suami. Dia yang lebih paham. Saya dan suami prinsipnya nggak boleh besar pasak daripada tiang. Pengeluaran besar harus dikomunikasikan bersama.
Keren nih, artikelnya membantu sekali buat pembiayaan bulanan. Hehe
sesungguhnya diri ini sangatlah rajin membuat budgeting dulunya, apalagi kalau ada info aplikasi terbaru, jadi gatel pengen nyoba. Sekarang sih geraknya beda, nyatet seadanya ada.
Hahahaha menohok banget. Awalnya rajin nulis, lama-lama males banget. Padahal kalo ditulis, bisa tau ke mana uangnya.
Klo aku kak, krn ada target tertentu, misal pengen traveling, makannya mencatat itu hal yg biasa buatku, klo ga ga jelas itu pengeluaran kemana
Terima kasih informasinya sangat membantu 🙂
Berhubung jebolan akuntansi, saya pernah bikin catatan pemasukan dan pengeluaran. Hanya berjalan beberapa bulan saja, karena sempat lupa mencatat, akhirnya terbengkalai lagi catatan buku besarnya… Sekarang gak pernah dicatat lagi, soalnya permasalahan keuangannya semakin kompleks semenjak menikah, hahaha.
Nice sharing
Kalo pengangguran seperti saya ini budgetingnya gmn ya mas? Hiks
Khusus untuk saya pribadi yg berpenghasilan tidak tetap ini, saya pakai metode no.4. Tapi untuk keluarga, dibuat beda lagi
saya juga udah malas catat pengeluaran mbak
Kalau saya justru kayaknya gak pernah males buat nyatat pengeluaran, entah karena dulunya belajar akuntan atau emang karena tipikal yang tertata haha tapi ternyata ini jadi nilai plus ya *pede
[…] Awal membuat budgeting itu anda harus bersedia menghitung pengeluaran setiap pos terlebih dahulu. Atau anda dapat melakukan budgeting berdasakan petunjuk melalui tulisan saya pada cara mudah budgeting. […]
kayaknya sih oke ya..
tapi pas dapet duit, mana inget beginian
yang ada jalan2 mulu.. jajan kuetiaw lah.. beli gantungan konci lah.. pijit di gunung sahari lah.. #ehh
terima kaish mas, berkat tulisannya saya jd bisa membudgeting pengeluaran saya hehe, sebelumnya sudah sering tulis rincian pengeluaran namun sekarang bisa lebih spesifik untuk saving nya
sama-sama mbak, semoga bermanfaat
sama-sama mbak. budgeting itu ga harus catat sampe yang terkecil kok. yan penting masing2 pos tau limitnya berapa
[…] membeli sepeda motor bekas di bulan Juli. Jalan-jalan ke Singapura pada bulan September. Melakukan budgeting, terutama membuat pos tabungan dan pos dana darurat sejak bulan […]
[…] bulan saya pasti membagi uang dari rekening utama ke 4 rekening bank lainnya dalam rangka melakukan budgeting. Saya butuh aplikasi transfer uang antar […]
[…] tahu tentang dana darurat, saya akan jelaskan sedikit. Dalam pengetahuan basic mengatur keuangan : budgeting ada di urutan pertama. Nah, di dalam budgeting itu sendiri, anda dituntut dapat membagi penghasilan […]
MANTAP BANG TQ BANGET SO FAR INI ARTIKEL YANG PALING NYAMAN, RINGAN, ASIK DAN RELATE TENTANG EDUKASI FINANSIAL YANG PERNAH SAYA BACA 😀
Sama-sama, Semoga bermanfaat ya
[…] membagikan seluruh pengalaman finansial saya di blog ini, memilih investasi dan menghitung profit, budgeting, asuransi, evaluasi finansial, dan hal lain yang berhubungan dengan […]
[…] Kalau versi saya sendiri sudah pernah dibahas lengkap pada Solusi Mudah Budgeting dan Mencatat Pengeluaran Bagi yang Kesulitan atau Pemalas. […]
[…] Lebih jauh anda dapat belajar membuat alokasi penghasilan melalui artikel cara mudah membuat budgeting. […]
[…] membuat budgeting, dana darurat diletakkan dalam skala prioritas. Posisinya tepat setelah pos “biaya hidup/cost […]
[…] Budgeting ini membantu saya untuk kontrol diri terhadap pos-pos pengeluaran serta membantu menghindari kesalahan finansial. Jatah masing-masing pos sudah jelas, jadi saya tidak boleh lebih dari budget yang sudah ditentukan. […]
[…] belajar tentang dana darurat dan budgeting agar pikiran lebih tenang dalam membuat keputusan […]
[…] Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membuat anggaran gaji atau budgeting. […]
[…] Nah, bagi anda yang termasuk kreteria diatas baru deh tips ini dapat diterapkan. Sebaliknya, jika gaji anda sebenarnya besar, namun ‘keberatan‘ di gaya hidup, maka 1 hal saja yang perlu dilakukan yaitu budgeting. […]
waktu sebelum nikah, saya jugaa dulu sering mencatat semua pengeluaran (bahkan yang kecil-kecil pun) di excl, taapi bertahan beberapa bulan saja, habis itu banyak di skipnya, terus lama-lama bablas..
setelah nikah mulai terapin lagi dan ee balik lagi ke bit habit saya dan yaa sampe sekarang cuma let it flow ajah, apalagi sekarang yang kerja cuma Suami aja, which is pemasukan tetap ya dari si gaji (ini dipake tuk keperluan sehari-hari dan bayar tagihan tetap ini itu), bocor? paastinya tapi syukurlah masih ada hasil usaha (juga ngeblog) yang sering menutupi tapi jadinya tuk investasi dan dana lain-lain jadi gak kepegang sih, gak ada patokan jelas mau berapam makanya jadi malas tuk catat-catat karena udah tahu kemananya, tapi emang penting banget sih tuk buat budgeting di awal dan disiplin tuk patuhi apa yang udah dibudgetkan..
siikk, maulah coba mulai sekarang biar lebih teratur, makasih ya Mas.
Halo Mas, this is really appreciated! Sangat lengkap, gaya penulisannya mudah dipahami, kudos dan sukses selalu Mas 🙂
Sama-sama, semoga tulisan ini bisa jadi refrensi yak
[…] Baca juga : Cara Mudah Budgeting Gaji Bulanan […]
[…] saya sudah pernah bahas dengan rinci tentang budgeting ini, kamu bisa baca lebih detail di Cara Mudah Budgeting. Dengan membuat alokasi masing-masing pengeluaran, maka kamu akan tahu kemana saja uang tersebut […]
[…] Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membuat anggaran gaji atau budgeting. […]