Pertama saya mau bilang kalau deposito tidak layak disebut investasi. Ya maaf, kenyataannya memang begitu. Pahit.
Indikatornya sederhana, karena hasil deposito terlalu kecil bahkan tidak mampu mengimbangi inflasi.
Jujur saja, kita pasti mau investasi yang memberikan hasil.
Iya, deposito juga kasih hasil, sekitar 4% tahun. Tapi ini kecil sekali. Bayangkan saja kalau inflasi pada tahun itu 5%…
…yang terjadi nilai uang kita berkurang 1%, meskipun secara nominal bertambah 4%.
Saya menulis judul artikel ini pakai kata “Investasi”, biar anda yang cari artikel tentang “Investasi Deposito” di google nyasar ke artikel saya ini dan dapat pertimbangan yang lebih rasional.
Sampai disini saya harap anda mulai sepakat jika deposito tidak cocok sebagai investasi.
Alasan berikutnya bisa bikin anda mengangguk setuju. Tapi sebelum itu, saya mau kasih alasan kenapa saya masih memilih deposito untuk sebagian uang saya.
Terus, Kenapa Saya Masih Deposito?
Sudah ada beberapa artikel tentang deposito di blog saya.
Terakhir kali, saya melakukan 3 deposito di bank berbeda dengan nominal masing-masing Rp 10.000.000. So, totalnya Rp 30.000.000.
Bagi saya, uang ini cukup besar. Sebenarnya agak sayang dimasukkan ke deposito melihat imbal hasil yang kecil.
Terus, kenapa saya masih deposito? Kenapa tidak dialihkan ke investasi lain?
Tenang, untuk investasi saya sudah disverifikasi. Saya punya alokasi ke intrumen investasi lainnya.
Ada 2 alasan kenapa saya masih memilih deposito.
Pertama, deposito adalah tempat terbaik versi saya untuk menyimpan dana darurat.
Kedua, untuk bahan menulis agar jadi refrensi banyak orang. Tulisan tentang deposito banyak dicari. Saya putuskan menuliskannya.
Setelah dicoba, minimal hingga 6 bulan agar informasinya valid.
Deposito Boleh, Jika…
Pilih deposito sah-sah saja.. Bahkan setelah anda baca artikel ini, lalu anda tetap pilih deposito, no problem.
Tapi…
…saya punya masukkan untuk anda yang masih kekeh pilih deposito. Pilih deposito untuk :
- Pilihan untuk menyimpan dana darurat.
- Punya target finansial 1 tahun ke depan.
- Susah menabung.
Dana darurat. Saya sudah pernah bahas tentang dana darurat, baca di artikel itu saja.
Yang mau saya bilang, tempat menyimpan dana darurat.
Pilih tempat yang gampang dicairkan dan resikonya rendah. Pilihannya bisa reksa dana pasar uang, deposito, dan emas.
Target finansial. Misal anda sedang persiapkan dana travelling 1 tahun ke depan.
Alokasinya boleh disimpan di deposito, karena jangka waktu sudah tahu pasti kapan dicairkan. Selain itu proyeksi bunga/bagi hasil terukur dengan jelas.
Susah menabung. Bisa jadi opsi terbaik jika anda punya penyakit susah menabung. Sifat deposito ini terikat dengan waktu.
Tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo. Jadi, anda tidak bebas mengusik uang tersebut.
Bahkan bikin deposito sudah bisa pakai aplikasi, jadi lebih praktis.
Baca juga cara menabung untuk gaji kecil.
5 Alasan Jangan Investasi Deposito
Berikut ini saya rangkum, 5 alasan kenapa jangan memilih deposito sebagai investasi. Silahkan dibaca agar bisa dijadikan pertimbangan.
- Bunga kecil
- Pajak tinggi
- Adanya pinalti
- Syarat nominal tinggi
- Terlalu konvensional
Bagi Hasil / Bunga Kecil
Persentase bunga depositio setiap bank itu tidak jauh beda. Kenapa? Karena batas atasnya sudah ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Perbankan harus nurut sama LPS. Kalau LPS bilang, bunga maksimal 4%, berarti perbankan tidak akan ada yang memberikan bunga lebih dari itu.

Persentase bunga, selalu berubah-ubah sesuai dengan keputusan LPS. Makanya, di website resmi perbankan tidak ada mencantumkan persentase bunga karena dapat berubah sewaktu-waktu.
Untuk perbandingan return / keuntungan, deposito memang tidak jauh-jauh dari 3%-5% saja. Coba kita bandingkan dengan jenis investasi lainnya.
- Reksadana pasar uang : 7%
- P2P Lending : 24%
- Saham : bisa beberapa kali lipat (kalau pilih sahamnya tepat)
Satu lagi informasi soal bunga atau bagi hasil deposito. Apakah anda perhatikan, bank A dan bank B memberikan bunga deposito 4%, tapi nominal 4% itu berbeda.
Iya berbeda. Karena deposito dikalikan dengan jumlah pendapatan bank itu sendiri.
Pajak Tinggi
Simple sih untuk membandingkan besarnya perbedaan pajak deposito dengan investasi lainnya. Semua produk deposito perbankan dikenakan pajak 20%.
Sedangkan pajak investasi lainnya…
Besaran pajak investasi lain :
- Saham : 0,03% (untuk beli), 1,3% (untuk jual), 10% (untuk deviden)
- Reksa dana : 0%
- Emas : 0,45% (NPWP), 0,9% (tanpa NPWP)
- Obligasi : 15%
Sudah kelihatan kan perbadingannya?
Sudah bunga deposito kecil, pajaknya tinggi. Maka tidak heran kalau deposito tidak cocok untuk investasi.
Adanya Pinalti
Deposito artinya tabungan berjangka.
Berjangka artinya terikat dengan waktu. So, tabungan yang tidak boleh dicairkan sebelum jangka waktu berakhir.
Jika dicairkan sebelum jangka waktu, tentu anda akan dikenakan pinalti.
Sebenarnya tidak masalah, karena sejauh ini pinalti terbesar yang saya ketahui hanya Rp 100.000.
Yang menjadi masalah, ketika tidak boleh dicairkan sama sekali. Nah, ini yang bahaya. Saat anda butuh uang mendadak, deposito tidak bisa diambil. Hayoo lho!
Syarat Nominal Deposito Besar
Nominal persyaratan untuk deposito beragam. Sejauh pengalaman saya berdeposito, syarat yang paling kecil adalah Rp 1.000.000.
Mungkin, kalau syarat ini bisa dibilang kecil. Tapi coba kita intip jenis investasi lainnya. Kira-kira masih tetap tergolong kecil tidak ya?
- Deposito : minimal Rp 10.000
- Emas : minimal Rp 500
- Saham : minimal Rp 100.000
- Reksa dana : minimal Rp 10.000
- P2P Lending : minimal Rp 50.000
Bagaimana? Sudah kelihatan bahwa persyaratan nominal deposito itu tinggi. Tapi keputusan masih ditangan anda, silahkan pilih sendiri.
Terlalu “Konvensional”
Cara membuat deposito ada 2 cara, yaitu konvensional dan online.
Konvensional mengharuskan anda datang ke kantor cabangnya. Kalau online bisa lewat aplikasi, internet banking, atau sejenisnya.
Kalau kita bicara soal cara konvensional, sudah jelas kalah dengan investasi lain yang semuanya serba online yang mulai dari pendaftaran hingga investasi. Semua dilakukan lewat aplikasi.
Beli reksa dana, saham, tabungan emas dan p2p lending adalah investasi yang praktis karena serba online.
Bagaimana dengan pengajuan deposito lewat internet atau mobile banking? Begini…
Deposito itu produk yang pakai “perjanjian”, misal anda sudah deposito Rp 10.000.000 bulan ini dan bulan berikutnya mau nambah nominal deposito menjadi Rp 20.000.000.
Deposito tidak bisa top up segampang itu. Deposito yang Rp 10 juta harus dicairkan terlebih dahulu, kemudian bikin deposito baru dengan nominal Rp 20 juta.
Intinya setiap top up, harus bikin deposito baru.
Beda dengan saham atau reksa dana, anda dapat investasi saham/reksa dana secara akumulatif.
Kesimpulan
Sudah fix, deposito boleh. Asal alasannya jelas, bukan untuk investasi. 5 alasan jangan pilih deposito sebagai investasi :
- Bunga kecil
- Pajak tinggi
- Adanya pinalti
- Syarat nominal tinggi
- Terlalu konvensional
Jika anda butuh informasi tambahan tentang deposito, silahkan menuju menu deposito. Ada banyak tulisan tentang deposito disana.
15 comments
Makasih sarannya…
Investasi saya cuma reksadana doank dari dlu.. sisanya paling ditabung. Kalau urusan tabung menabung saya menk paling garcep soalnya nggk suka belanja kalau bukan barang penting..
Ada saran buat ngelola dana pensiun selain ditabung nggak mas??
Salam kenal mas sabda. sepakaaaaat
Betul sekali, Deposito hanya cocok untuk tabungan saja.
Betuuuuuul sekali semua alasannya apa :D. Itulah kenapa Sampe skr pun aku ga tertarik Ama deposito mas :D. Apalagi tipe speculative yg lebih mengincar profit gede walo risknya juga gede kayak aku. Deposito samasekali ga cocok buatku.
Kalo utk dana darurat, aku LBH prefer di Emas. Sama2 gampang dicairkan, dan nilainya cendrung ga terkena inflasi. Tapi kalopun untuk darurat yg misalnya terjadi dalam waktu Deket, aku lebih suka ambil dari investasi ku di P2P . Toh itu juga JK pendek sbnrnya.
Di bank tempat aku jadi nasabah, deposito itu penaltinya berdasar tenor. Jadi tenor 1, 3, 6,12 bulan beda2 pengalinya. Kayak tenor 3 bulan aja itu 2% penalti dari total capital nya. Dan bank asing kebanyakan minimum capital utk penempatan deposito harus besar. Dia taro 50 JT, kaliin aja Ama 2 persen, itulah penalti nya :p. Emoh aku.. mending main di sukuk ato ORI kalo mau yg mirip2 depo, tapi ttp aman :D.
makasih sharingnya
Tadi mas menyebutkan kalau ada pinalti, pajak tinggi, dsb. Nah yang bikin bingung kenapa mas menyarankan deposito yang notabene seperti itu untuk dana darurat?
Dana darurat salah satu fungsinya buat kebutuhan darurat dan mendesak, kalau-kalau ada kejadian yang butuh duit dan semua dana darurat di depositoin, apa g rugi secara waktu dan biaya mas?
IMO, deposito ini lebih cocok buat orang-orang yang g bisa nabung ketimbang buat nyimpen dana darurat. Kecuali kalau pake fitur ala-ala deposito yang flexibel kayak fiturnya Jenius yang flexi saver, I’m ok with that.
Kenapa saya pilih deposito untuk dana darurat. Nominal dana darurat itu besar, meskipun pajak deposito tinggi tetap dapat profit meskipun ga seberapa. Soal pinalti, saya milih ambil yg tenor 1 bulan dengan sistem ARO dengan catatan dana darurat hanya digunakan saat tidak punya penghasilan. Jadi, jangka waktu 1 bulan, bisa dicairkan dan tetap survive.
Flexi Saver juga oke kok
Pajak 20% itu kan PPh kalau nominal kita 7.5 juta,kalo di bawah nya tidak ada PPh 20%,tapi bank dengan nominal deposito di bawah 20% memang tidak semua,bank konvensional ada BTN minimal 1 juta untuk deposito
Oh begitu ya? terimakasih
Kalo untuk sana darurat, saya selalu simpan dalam bentuk emas
penafsiranku selama ini, deposito memiliki bunga yang tinggi. sejauh ini masih tahap saving di RD dulu
terima kasih banyak untuk info dan sarannya, jadi lebih paham soal deposito dan kebutuhan yang cocok untuk setiap macam pilihan investasi yang kita pilih
Suamiku tertarik deposito, biar dana kami nggak mudah diambil. Tapi kalau pengen profit lebih banyak nggak cocok ya.
Iya mbak, kalau mau untung lebih, ga cocok di deposito
Bener sih memang deposito itu konvensional banget, dan menjadi pilihan paling ‘aman’ buat orang-orang yang gak terlalu melek investasi. Aku pernah punya deposito di Jenius (Maxi Saver) tapi aku cairkan sebelum waktunya karena waktu itu sempat ada isu keamanan. Sekarang belum punya deposito lagi 😀 Semoga nanti kedepannya dana darurat bisa aku simpan di deposito.