Meskipun sebelum memasuki pasar modal saya sudah belajar melalui internet dan buku, ternyata tetap saja kelihatan “gagok” nya saat bertransaksi saham.
Semua teori yang sudah saya pelajari bisa menyeleweng saat memasuki pasar modal yang sesungguhnya. Saya melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang saya pelajari. Harusnya saya tetap berada didalam track. Bisa dibilang karena pengaruh psikologis.
Anda pasti akan merasakan hal yang sama saat memasuki pasar modal pertama kali.
Saya beli saham yang mana ya? Belinya kapan ya? Oh, coba saya lihat rekomendasi dari berbagai berita di internet. Ternyata berita pun memberikan rekomendasi yang berbeda, terus saya beli yang mana dong? Ngitung jumlah kancing, lalu menebak-nebak, ahhh saya beli yang ini saja, saya yakin pasti besok naik.
Keesokan harinya,,, wahh ternyata benarkan feeling saya harga sahamnya naik. Jual ah…
Kemudian hal tersebut terjadi lagi saat ingin membeli saham berikutnya. Dengan bermodalkan ketidakpastian, saham pun dibeli. Pasti besok harganya naik.
Keesokan harinya,,, ternyata harga saham anjlok, bahkan kerugiannya lebih besar dari profit yang ia peroleh sebelumnya.
Dulu, saya beli hari ini, lalu jual hari berikutnya. Sampai akhirnya saya rugi, meskipun saat itu saya hanya bermodalkan Rp 1.000.000 saja sebagai sarana pembelajaran dalam bertransaksi.
Ahhh, trading saham susah. Mesti melihat chart dan pergerakan harga setiap hari. Di setiap hari dan berkali-kali membuka aplikasi, login logout-login logout… Kalau harga naik saya senang, kalau harga turun saya deg-deg-an.
Ehhh itu dulu sewaktu saya masih meraba-raba dunia pasar modal. Setelah mengenal jenis pelaku saham, trader atau investor barulah mata saya terbuka. Pasar modal terlihat terang-benderang.
Kita tidak harus mengamati pergerakan saham setiap hari kok. Karena kita bukan seorang trader intraday (trader harian), ditambah lagi kemampuan dalam menganalisa juga masih minim. Jadi lupakan soal ini.
Untuk itu saat memasuki pasar modal, kita harus bisa menentukan diri sendiri menjadi seorang trader atau investor.
Saya akan menjelaskan 2 jenis pelaku saham diatas dan memberikan bantuan kepada Anda untuk menjadi yang mana, trader atau investor.
Trader di Pasar Saham
Menjadi trader layaknya menjadi seorang pedagang, membeli saham diharga murah, lalu menjualnya saat tinggi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Ada harian, mingguan, bulanan, dan semesteran yang masih dapat dikatakan sebagai seorang trader.
Saya akan memberikan sebuah contoh trader bulanan.
Misal seseorang membeli saham PT. Matahari Department Store Tbk dalam rentang 2- 4 bulan sebelum lebaran, lalu menjualnya pada saat memasuki ataupun setelah lebaran.
Berikut ini saya berikan grafik saham PT. Matahari Department Store Tbk (LPPF) tahun 2015 s.d 2017.
![]() |
SAHAM LPPF LEBARAN 2015 |
Dapatkah Anda melihat persamaan pergerakan saham Matahari Department Store tersebut dari tahun ke tahun ?
Biasanya 2-4 bulan sebelum lebaran harga sahamnya lebih rendah dari pada menjelang lebaran. Grafik yang saya lingkari adalah area yang tepat untuk membeli saham.
Mengapa bisa terjadi?
Begini, kita tahu jika Matahari Departemen Store merupakan perusahaan retail dibidang fashion dimulai dari pakaian, sepatu hingga aksesoris dan alat kosmetik.
Kita tahu pula di Indonesia saat bulan Ramadhan hingga mendekati lebaran, masyarakat lebih konsumtif. Apalagi dengan adanya kebiasan membeli pakaian baru menjelang Idul Fitri.
Jadi, sudah dapat benang merahnya bukan? Maka dari itu setiap menjelang lebaran saham Matahari biasanya akan naik.
Begitu juga saham lainnya seperti Unilever, Indofood dan Garuda Indonesia. Banyak yang membeli kebutuhan pokok dan beli tiket pesawat untuk pulang kampung.
Dengan pola yang sama setiap tahunnya Anda hanya perlu timing yang tepat untuk membeli saham tersebut lalu menjualnya kembali sehingga memperoleh profit.
Dalam hal ini, seorang trader hanya membutuhkan grafik/chart saja untuk mengalisa pergerakan saham, lalu membuat keputusan, apakah membeli atau menjual. Anda hanya perlu melihat (analisa) grafik tahun 2015, 2016, 2017, lalu membuat keputusan.
Analisa grafik/chart dikenal sebagai analisa teknikal. Seorang trader baik itu harian, mingguan, bulanan dan semesteran berpedoman pada analisa teknikal.
Investor Di Pasar Modal
Berbeda lagi dengan orang yang memilih menjadi investor dalam pasar modal. Membeli suatu saham lalu menyimpannya bertahun-tahun. Yang mana setiap tahun mendapatkan dividen dan setelah memegang saham dalam jangka panjang tersebut, harapannya harga saham jauh lebih mahal lalu menjualnya kembali atau disimpan selamanya.
Saya akan memberikan sebuah contoh.
Misal, seseorang membeli saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) pada tahun 2014 seharga Rp 2.800-an (lihat gambar dibawah), lalu menyimpan saham tersebut sampai sekarang.
Berikut ini merupakan pergerakan harga saham TLKM sejak Desember 2014 s.d Desember 2017.
Dapat dilihat harga beli 11 Desember 2014 adalah Rp 2.800-an. Harga saat ini tertanggal 5 Desember 2017 adalah Rp 4.200. Selisih harga saat ini dan beli adalah Rp 4.200 – Rp 2.800 = Rp 1.400. Artinya dalam 3 tahun, ia mampu mencetak profit mencapai 50% !
Yang masih bingung kenapa 50 %, begini perhitungannya : ( Harga keuntungan dibagi harga beli ) dikali 100 % maka hasilnya 50 %.
Kita tahu bahwa Telkom bisa dibilang memiliki saingan yang sedikit saja, seperti XL Axiata dan Indosat. Belum lagi faktor kepuasan konsumen atas produk dan jasa yang ditawarkan. Dapat dikatakan bahwa Telkom adalah perusahaan yang besar, mapan, kuat dan kokoh.
Untuk memperkuat opini tersebut, kita dapat melihat dan menganalisa laporan keuangan, laba yang dihasilkan, perkembangan usaha hingga jajaran direksinya dan variabel lainnya. Analisa ini dikenal sebagai analisa fundamental.
Eh, jika Anda bingung dan tidak memiliki pengetahuan tentang laporan keuangan, laba yang dihasilkan, perkembangan usaha hingga jajaran direksinya, Anda masih dapat menganalisa sebuah perusahaan apakah fundamentalnya bagus atau tidak.
Lihat saja perusahaan tersebut besar atau tidak? Produknya gampang ditemui atau tidak. Pasti Anda setuju jika saya katakan Unilever, Indofood, BRI, BNI adalah perusahaan yang mapan. Karena produk dari emiten-emiten tersebut mudah ditemui.
Jika ingin menjadi investor, pilihlah saham perusahaan seperti itu. Saham perusahaan jenis ini dikenal sebagai saham blue chip.
4 Hal Yang Harus Diketahui Dalam Memilih Menjadi Trader atau Investor
Dari penjelasan diatas sudah mulai terlihat bedanya antara trader atau investor. Jika trader menyimpan saham dalam jangka pendek, maka investor sebaliknya.
Jika trader menggunakan analisa teknikal, maka investor menggunakan analisa fundamental. Nah, dua perbedaan mendasar ini yang akan menentukan dimana sebaiknya posisi kita berada. Trader atau Investor ?
Untuk mempermudah memilih menjadi trader atau investor, sebaiknya perhatikan 4 hal hal ini.
1. Modal
Jumlah modal yang dimiliki sangat menentukan dimana posisi paling baik, menjadi seorang trader atau investor dalam dunia pasar saham.
Saran saya :
- Jika punya modal kurang dari 10 juta, silahkan menjadi investor.
- Jika punya modal lebih dari Rp 10 juta, silahkan menjadi trader.
Sebenarnya tidak ada jumlah angka yang pasti. Tapi banyak disarankan oleh para profesional seperti itu.
Apalagi mereka yang menggunakan konsep menabung saham. Dalam artian membeli saham secara rutin dalam frekuensi tertentu, misal setiap bulan. Biasanya jumlahnya kecil, dapat dimulai dari Rp 100.000-an saja. Menabung saham cocok untuk seorang Investor.
Adapula yang bermodalkan kurang dari Rp 10 juta tapi tetap ingin menjadi seorang trader. Itu tidak masalah. Sekali lagi saya sampaikan, tidak ada batasan yang pasti. Saran saya, jika ingin menjadi trader dibawah Rp 10 juta, ikutilah pergerakan tren pasar.
Misal, membeli saham 3 bulan sebelum lebaran, lalu menjualnya saat mendekati lebaran. Membeli saham pertambangan khususnya batubara 2 bulan sebelum musim dingin, lalu menjualnya saat musim dingin tiba. Membeli saham 3 bulan sebelum akhir tahun, karena biasanya menjelang akhir tahun harga saham cenderung naik.
Lain halnya jika Anda sudah expert, yang bahkan memungkinkan untuk menjadi trader intraday (harian). Berapa modal yang Anda punya? Tentukan posisi Anda berada.
2. Skill/Kemampuan
Seperti yang saya singgung sebelumnya, ada 2 jenis analisa yaitu teknikal dan fundamental.
- Jika menguasai analisa teknikal, silahkan menjadi trader.
- Jika menguasai analisa fundamental, silahkan menjadi investor.
Jika tidak tidak menguasai satupun, maka tetaplah memilih sebagai investor saja. Sebelumnya sudah saya sebutkan untuk menjadi investor tidak terlalu sulit, cukup pilih jenis saham blue chip, yaitu saham perusahaan yang sudah mapan dan kokoh. Dapat ditandai dengan produknya mudah ditemui dan konsumennya sulit meninggalkan produk tersebut.
3. Profit dan Resiko
Profit yang dihasilkan oleh seorang trader lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan investor. Namun, kita harus dapat menanggung konskuensinya yaitu resiko yang tinggi pula.
Contoh begini, misal Anda seorang trader bulanan yang sudah menguasai analisa teknikal. Dalam sebulan Anda berhasil memperoleh profit 2% dengan men-transaksikan berbagai jenis saham. Dalam setahun profit sudah mencapai 24% dan seterusnya. Bayangkan jika profit yang dihasilkan dalam setiap bulan lebih besar, 5% atau bahkan 10%.
Bandingkan dengan seorang investor. Saya mengambil contoh TLKM diatas. Misal, Anda membeli saham TLKM di Desember 2014 lalu menjualnya di Desember 2017. Dalam 3 tahun mencetak profit 50%.
Jelas saja, profit yang dihasilkan trader jauh lebih besar daripada investor. Ingin profit besar, silahkan jadi trader, sebaliknya ingin profit yang lebih kecil jadilah trader.
Sejauh apa nda bisa memaklumi sebuah resiko?
Menjadi trader artinya bertransaksi dalam jangka pendek. Sifat pergerakan saham dalam jangka pendek pasti fluktuatif, maka resikonya pun cukup besar menjadi loss (rugi).
Belum lagi frekuensi transaksi trader lebih tinggi, dapat dipastikan tidak semua analisa tepat. Resikonya akan lebih besar.Sementara investor saya lebih senang menggambarkan kondisinya melalui quote dibawah ini.
Risiko berinvestasi tidak dapat dihindari, tetapi pada umumnya dapat diminimalisir dengan lamanya jangka investasi.
Berani ambil resiko besar, maka pilihlah menjadi trader. Berani main aman saja dengan resiko kecil, maka pilihlah menjadi investor.
4. Tujuan
Tujuan juga mempengaruhi dimana sebaiknya kita berada, trader atau investor. Tentukan tujuan sebelum memulai bertransaksi di pasar modal. Jika ingin mendapat penghasilan tambahan, maka jadilah trader, jika ingin menyiapkan dana masa depan pilihlah investor.
Dapatkah menjadi trader dan Investor sekaligus?
Tentu saja bisa! Hal ini dapat Anda lakukan asal kan, pandai mengatur portofolio, jangan sampai tercampur antara dana trading dan dana investasi. Ada baiknya membuka rekening saham lebih dari 1. Rekening saham A dapat digunakan sebagai trader, rekening saham B dapat digunakan sebagain investor.
Jadi, mana yang lebih baik menjadi trader atau investor di pasar modal?
Tidak ada yang lebih baik. Semuanya tergantung cara kita mengenali diri sendiri melalui 4 faktor yang saya sebutkan tadi. Mana yang cocok dengan diri, kita sendiri yang memilihnya.
Kesimpulan
Secara garis besar, trader dan investor dapat dikenali dengan…
Variabel | Trader | Investor |
---|---|---|
Waktu | Jangka Pendek | Jangka Panjang |
Resiko | Tinggi | Rendah |
Profit | Tinggi | Rendah |
Modal | Besar | Kecil |
Analisis | Teknikal | Fundamental |
Demikian ulasan saya dalam memantapkan posisi sebagai pelaku di pasar modal. Pilihannya hanya 2, menjadi trader atau investor. Dengan menjadi salah satu atau keduanya maka kita dapat membentuk gaya trading sendiri.
29 comments
Kalo ada dana enak jadi Investor heheheh
Nah setelah saya membaca artikel ini ,sepertinya saya lebih cocok menjadi investor.
makasih sharingnya lengkap sekali
Mayan sih yah modalnya juga, kayaknya kepikiran buat jadi Investor saja, kalau udah rada ngerti dikit yah mungkin bisa jadi trader..
saya sih jadi rada ngerti setelah membca ini,, cuman yang saya heran letak kerugian si tradernya dimana kalu dia lagi rugi ? apakah ketika grafiknya menurun atau omset si perusahaan yang kita beli sahamnya menurun ?? terus semisal perusahaan yang kita beli sahamnya omsetnya menurun apakah uang yang sudah si trader keluarkan akan habis semua ? atau bisa kembali setengahnya atau gimana ??
intinya kan ini sama kaya jual beli, semisal kalau barang tidak terbeli atau tidak terjual berarti uang kita akan tetap aman kan ?…
Kalau hanya sekedar merhatiin garfiknya pasti semua orang bisa, hanya saja itu tadi tidak bisa dipastikan kapan sahamnya bisa naik ? hanya saja kalau menurut paparan diatas, mencontohkan kita bisa membeli saham 2-3 bulan sebelum lebaran…
Saya sangat suka mengambil resiko, tapi kadang takut dengan ketidakpastian.. tapi mungkin perlu belajar juga sedikit2 dari sini..
Tulisannya keren, pengen banget sih terjun di dunia trading, tapi untuk sekarang ini masih awam banget, mau belajar dulu. Mungkin mas Sabda bisa ngajarin saya. Hehehe…
Beli saham Telkom pas Desember 2014 dan jual pas November 2017 bisa untung banyak. Jadi tau jual beli saham kayak apa
kalau istilah investor aku sudah denger terlebih dahulu daripada trader, akhir akhir ini banyak juga temenku yang terjun di dunia trading, aku jadi agak kepo gitu mas hehe.
Setelah baca artikel ini sudah agak paham mengenai trading.
Lengkap banget ini buat mereka yang berpikir mau terjun ke pasar saham. Ternyata tidak harus dipelototin tiap hari, yah … harus tahu "karakter"-nya saja, kapan kira-kira turun dan kapan naik harganya.
Pernah dpt kerjaan menjadi trader, belum pernah jadi investor
letak kerugian trader ketika dia menjual saham lebih rendah dibandingkan saat beli
saham persis jual beli, jika tidak beli saham ya uang kita akan tetap utuh,
untuk tahu kapan naik dan turun diperlukan kemampuan menganalisa, yang digunakan adalah anlisa teknikal dan analisa fundamental
dengan senang hati akan saya ajari 😀
benar mbak, investasi saham tidak harus dipantau setiap hari kok. Terlebih lagi seorang investor, beli saham, silahkan tutup akunnya sampai berbulan2
Terima kasih infonya mas.
Lengkap banget deh.
Saya dong invest di saham. Habis beli pura-pura semaput gak saya liatin.
Kamu udah punya buku belum sih? kalau belum tulisan-tulisan di blog ini tawarin ke penerbit aja. Soalnya kalau baca-baca buku yang sudah ada, bahasanya susah dimengerti nggak kayak tulisan disini, mudah dipahami ^^
belum punya buku.. makasih …
kalau jadi investor dua sampai 4 bulan kira2 bisa ya mas
terimakasih gan, artikelnya gampang dimengerti buat yg awam hehehe
Tulisan bang sabda keren semua.. sy jatuh hati tiap hari baca blog nya. Gampang dimengerti, jelas dan tidak pelit ilmu.. salut buat anak millenial ini…
terimakasih apresiasinya, semoga bermanfaat 😀
Mas sabda, menarik nih masalah investasi saham. Btw, kalo jadi investor, selain dapet keuntungan selisih harga waktu beli, berarti dapet dividen juga ya?
bakal dapat deviden asal saham yang kita punya lagi masa pembagian deviden, istilahnya ada cum date dan ex date
[…] << Bab 2Bab 4 >> investasiperusahaan sekuritasrekning sahamsaham 70 comments 0FacebookTwitterPinterestLinkedinWhatsappTelegramEmail […]
Mas Sabda
Misal jadi investor receh
Buka rekening di sekuritas terus gk d lihatin sampai jangka waktu agak lama
Apakah gk rugi di biaya bulanan pd suatu sekuritas
Terima kasih
Bukan biaya bulanan tapi biaya jual beli.
Biaya jual atau beli hanya dibebankan ketika melakukan beli/jual saham. kalau tidak ada transaksi, maka tidak ada biaya.
mas sabda, saya search aplikasi investasi saham ./ nabung saham ko ga ada ya, adanya trader saham.
apa harus dateng ke BEI buat beli sahamnyya ?
Untuk bisa bertransaksi saham, harus punya rekening sekuritas terlebih dahulu. Nah, silahkan datang ke perusahaan sekuritas untuk pembuatannya. Refrensi perusahaan sekurtias bisa dicek disini
[…] << Bab 2 Bab 4 >> investasiperusahaan sekuritasrekning sahamsaham 71 comments 0 FacebookTwitterPinterestEmail previous post […]
Sebelum memilih mau jadi investor atau trader memang sebaiknya mengetahui profik risikonya masing2 dan tujuan awalnya.